Kelok Sembilan Sumbar Di Apit
2 Cagar Alam
Kelok 9 atau Kelok Sembilan adalah ruas jalan berkelok yang terletak sekitar 30 km sebelah timur dari Kota Payakumbuh, Sumatra Barat (Sumbar) menuju Provinsi Riau. Jalan ini membentang sepanjang 300 meter di Jorong ulu air, Nagari harau/kenagarian persiapan ulu air, Kecamatan Harau, Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatra Barat (Sumbar).
Nggak heran kan kenapa di Kelok 9 ini menyuguhkan panorama super cantik yang jadi destinasi wisata bagi para pelancong. Fakta uniknya lagi, jalan ini memiliki tikungan yang tajam dan lebar sekitar 5 meter, berbatasan dengan jurang, dan diapit oleh dua perbukitan di antara dua cagar alam: Cagar Alam Air Putih dan Cagar Alam Harau.
Cagar Alam Air Putih
Akses ke kawasan Cagar Alam Air Putih telah terbangun sejak lama sehingga kawasan sangat mudah dicapai. Dari kota Payakumbuh kawasan ini berjarak + 22 km (+ 35 menit dengan berkendaraan roda 4), dari Kota Bukittinggi + 55 km (+ 1 jam 30 menit dengan berkendaraan roda 4), dari Kota Padang + 140 km via Bukittinggi (+ 4 jam 15 menit dengan berkendaraan roda 4) dan dari Kota Pekanbaru (Provinsi Riau) berjarak + 165 km (+ 3 jam 45 menit dengan berkendaraan roda 4).
Potensi wisata alam kawasan terutama adalah pemandangan sekitar ruas jalan layang kelok 9 yang menarik banyak pengunjung untuk berhenti dan menikmati keindahan alam sambil menikmati udara segar. Untuk itu kegiatan wisata alam yang potensial dan menarik untuk dikembangkan di kawasan ini adalah berjalan menjelajahi hutan, khususnya pada wilayah ruas jalan lama yang tidak dimanfaatkan lagi.
Kegiatan ini dimaksudkan untuk menjelajahi tipe ekosistem hutan dataran rendah campuran (lowland mixforest), sekaligus menikmati keragaman jenis Nephentes sp (Kantong Semar) yang banyak terdapat di kawasan ini. Interaksi pengunjung dan hutan yang lebih intens dan akrab ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan kesadaran pengunjung terhadap upaya konservasi sumber daya alam dan mendorong kesadaran publik untuk turut melindungi dan mempertahankan hutan konservasi.
Sejak awal pembangunan jalan telah dirancang beberapa titik yang memungkinkan pengunjung untuk berhenti dan menikmati pemandangan alam, konsep pembangunan jalan awal nya digagas dengan konsep ‘Nature in harmony‘ (harmoni dengan alam), titik-titik yang rawan longsor selain diperkuat dengan bubur semen juga ditanami dengan tanaman paku-pakuan untuk memperkuat struktur dan perlindungan terhadap longsor secara alam.
Cagar Alam Harau
Kawasan Lembah Harau pertama kali dibuka pada tanggal 14 Agustus 1926 oleh Asisten Residen Limapuluh Kota (BO Weirkein) bersama dengan Tk. Laras Dt. Kuning Nan Hitam dan Asisten Damang, bukti pembukaan kawasan ini dapat dilihat pada prasasti yang terdapat di dekat air Terjun Sarasah Bunta.
Untuk aksessibilitas kawasan ini relatif baik karena terletak + 3 km dari ruas jalan negara Padang – Pekanbaru, dari Kota Payakumbuh berjarak + 20 km. Ruas jalan menuju ke kawasan telah diaspal dan dapat dilewati dengan kendaraan roda empat dengan lancar. Seperti layaknya daerah hutan di Sumatera Barat, tipe ekosistem kawasan Cagar Alam Lembah Harau dikelompokkan sebagai tipe ekosistem hutan hujan campuran non dipterocarpaceae yang didominasi oleh jenis tumbuhan tingkat tinggi.
Data yang ada menunjukkan di kawasan ini dapat ditemukan 73 jenis pohon dengan dominasi jenis beragam pada setiap tingkat pertumbuhan. Kondisi kawasan Cagar Alam Lembah Harau yang berbukit tegas dan curam merupakan ciri khas kawasan yang tidak dapat ditemui di kawasan lain, keberadaan dinding-dinding cadas tersebut telah melekat dan identik dengan kawasan Lembah Harau.
Dinding-dinding cadas tersebut kadang dimanfaatkan oleh penggiat kegiatan olahraga panjat tebing untuk melakukan kegiatan climbing, namun frekuensinya masih belum teratur.
Lembah Harau merupakan pemanfaatan objek wisata yang berada di taman wisata alam (terutama air terjun, shovenir shop dan sarana prasarana wisata) dan view (pemandangan tebing dan tegakam hutan) kawasan cagar alam.***
Nggak heran kan kenapa di Kelok 9 ini menyuguhkan panorama super cantik yang jadi destinasi wisata bagi para pelancong. Fakta uniknya lagi, jalan ini memiliki tikungan yang tajam dan lebar sekitar 5 meter, berbatasan dengan jurang, dan diapit oleh dua perbukitan di antara dua cagar alam: Cagar Alam Air Putih dan Cagar Alam Harau.
Cagar Alam Air Putih
Akses ke kawasan Cagar Alam Air Putih telah terbangun sejak lama sehingga kawasan sangat mudah dicapai. Dari kota Payakumbuh kawasan ini berjarak + 22 km (+ 35 menit dengan berkendaraan roda 4), dari Kota Bukittinggi + 55 km (+ 1 jam 30 menit dengan berkendaraan roda 4), dari Kota Padang + 140 km via Bukittinggi (+ 4 jam 15 menit dengan berkendaraan roda 4) dan dari Kota Pekanbaru (Provinsi Riau) berjarak + 165 km (+ 3 jam 45 menit dengan berkendaraan roda 4).
Potensi wisata alam kawasan terutama adalah pemandangan sekitar ruas jalan layang kelok 9 yang menarik banyak pengunjung untuk berhenti dan menikmati keindahan alam sambil menikmati udara segar. Untuk itu kegiatan wisata alam yang potensial dan menarik untuk dikembangkan di kawasan ini adalah berjalan menjelajahi hutan, khususnya pada wilayah ruas jalan lama yang tidak dimanfaatkan lagi.
Kegiatan ini dimaksudkan untuk menjelajahi tipe ekosistem hutan dataran rendah campuran (lowland mixforest), sekaligus menikmati keragaman jenis Nephentes sp (Kantong Semar) yang banyak terdapat di kawasan ini. Interaksi pengunjung dan hutan yang lebih intens dan akrab ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan kesadaran pengunjung terhadap upaya konservasi sumber daya alam dan mendorong kesadaran publik untuk turut melindungi dan mempertahankan hutan konservasi.
Sejak awal pembangunan jalan telah dirancang beberapa titik yang memungkinkan pengunjung untuk berhenti dan menikmati pemandangan alam, konsep pembangunan jalan awal nya digagas dengan konsep ‘Nature in harmony‘ (harmoni dengan alam), titik-titik yang rawan longsor selain diperkuat dengan bubur semen juga ditanami dengan tanaman paku-pakuan untuk memperkuat struktur dan perlindungan terhadap longsor secara alam.
Cagar Alam Harau
Kawasan Lembah Harau pertama kali dibuka pada tanggal 14 Agustus 1926 oleh Asisten Residen Limapuluh Kota (BO Weirkein) bersama dengan Tk. Laras Dt. Kuning Nan Hitam dan Asisten Damang, bukti pembukaan kawasan ini dapat dilihat pada prasasti yang terdapat di dekat air Terjun Sarasah Bunta.
Untuk aksessibilitas kawasan ini relatif baik karena terletak + 3 km dari ruas jalan negara Padang – Pekanbaru, dari Kota Payakumbuh berjarak + 20 km. Ruas jalan menuju ke kawasan telah diaspal dan dapat dilewati dengan kendaraan roda empat dengan lancar. Seperti layaknya daerah hutan di Sumatera Barat, tipe ekosistem kawasan Cagar Alam Lembah Harau dikelompokkan sebagai tipe ekosistem hutan hujan campuran non dipterocarpaceae yang didominasi oleh jenis tumbuhan tingkat tinggi.
Data yang ada menunjukkan di kawasan ini dapat ditemukan 73 jenis pohon dengan dominasi jenis beragam pada setiap tingkat pertumbuhan. Kondisi kawasan Cagar Alam Lembah Harau yang berbukit tegas dan curam merupakan ciri khas kawasan yang tidak dapat ditemui di kawasan lain, keberadaan dinding-dinding cadas tersebut telah melekat dan identik dengan kawasan Lembah Harau.
Dinding-dinding cadas tersebut kadang dimanfaatkan oleh penggiat kegiatan olahraga panjat tebing untuk melakukan kegiatan climbing, namun frekuensinya masih belum teratur.
Lembah Harau merupakan pemanfaatan objek wisata yang berada di taman wisata alam (terutama air terjun, shovenir shop dan sarana prasarana wisata) dan view (pemandangan tebing dan tegakam hutan) kawasan cagar alam.***